Absolute.co.id, (Pohuwato) – Kala itu Kamis pagi tanggal 21 September 2023, burung-burung terlihat berterbangan menyapa pagi dengan kebahagiaan, sebagian orang tua sibuk mempersiapkan segala kebutuhan rumah tangga, begitupun siswa-siswi yang saat itu hendak mempersiapkan menuju sekolah.
Disaat mentari mulai menyinari, beberapa orang yang saat itu mulai mempersiapkan diri untuk melakukan sebuah kejutan demi mencari keadilan. Mobil sound, dan ratusan sepeda motor pun terlihat di lokasi awal (demonstrasi) yang berada di lapangan Desa Buntulia Utara, Kecamatan Buntulia, Pohuwato.
Tak ada yang bisa mengira, Kamis 21 September 2023, menjadi sebuah sejarah kelam yang nantinya akan dikenang oleh masyarakat dari ujung Barat hingga ujung Timur Bumi Panua Pohuwato.
Ratusan dan bahkan ribuan pengunjuk rasa itu, memulai aksinya dengan menuju perusahaan tambang emas yang terletak di Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato. Namun, saat itu mereka dicegat oleh aparat penegak hukum.
Suara sound pun mulai menggema dihadapan Polisi, mereka (para pengunjukrasa) yang saat itu berusaha memaksa untuk menembus barisan Polisi, akhirnya bentrok dengan aparat keamanan. Alhasil, ada beberapa aparat yang terluka dari akibat bentrokan itu.
Suasana siang makin mencengkam, disaat massa aksi mulai menuju kantor perusahaan yang dikenal dengan (Pioneer). Lemparan batu tak bisa dibendung, kaca-kaca jendela perusahaan rusak parah, mobil-mobil operasional tak luput dari amukan massa aksi.
Tak berselang lama, mereka (para pengunjukrasa) yang meminta keadilan atas ganti-rugi lahan tambang yang mereka kelola bertahun-tahun itu, akhirnya menuju salah satu gudang logistik milik perusahaan yang berada di Botudulanga, Desa Hulawa. Aksi bringas massa aksi semakin merajalela, mereka membakar beberapa tempat yang diketahui milik perusahaan.
Aparat kepolisian pun tak bisa berbuat banyak, sebab saat itu jumlah massa aksi yang melebihi jumlah kepolisian. Setelah membakar dan merusak fasilitas yang ada, iring-iringan kembali menuju kantor KUD yang saat itu belum diresmikan. Kantor KUD yang berada di Desa Sipatana, Kecamatan Buntulia, dibuat porak-poranda oleh massa aksi.
Siang hari semakin panas, setelah massa aksi menuju kantor KUD yang berada di Kecamatan Marisa, massa aksi yang tiba dengan penuh amarah, kemudian melayangkan batu hingga kayu ke kantor KUD, alhasil fasilitas milik KUD juga ikut dalam tragedi tersebut.
Amarah massa aksi tak sampai disitu, iring-iringan mobil menuju kantor Bupati Pohuwato digelar dibawah komando koordinator lapangan. Tak bisa dipungkiri, puncak amarah para penambang saat Itu, mereka langsung melempari kantor Bupati Pohuwato dengan batu yang tak terhitung jumlahnya. Tak berselang lama, titik api dan kepulan asap mulai terlihat di ruangan kantor hingga merembet ke bahan yang mudah terbakar dan membuat kantor kebanggan rakyat Pohuwato lenyap seketika.
Aksi bringas massa aksi itupun beralih ke kantor DPRD Pohuwato, saat itu kantor DPRD Pohuwato sudah dikepung massa aksi, batu, kayu, tak terbendung, mengakibatkan fasilitas rusak total dan tak bisa digunakan lagi. Terlebih kantor DPRD Pohuwato nyaris dilahap si jago merah, namun hal itu berhasil dipadamkan oleh aparat TNI-POLRI yang berada di dalam gedung rakyat itu.
Setelah membakar dan merusak, kemudian massa aksi kembali melanjutkan aksinya ke rumah jabatan Bupati Pohuwato. Kaca mulai pecah, bingkai foto terpampang wajah sang pemimpin (Bupati Pohuwato) di rumah jabatan ikut dirusak oleh massa aksi.
Demikian refleksi singkat Tragedi 21 September 2023. Semoga peristiwa tersebut tak menjadi pudar dan selalu dikenang oleh rakyat Pohuwato.