• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
Sabtu, November 8, 2025
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Absolute
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Bisnis
  • Home
  • News
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Bisnis
No Result
View All Result
Absolute
No Result
View All Result
Home Tak Berkategori

Cinta Terlarang di Tempat Terlarang : Dua Ciptaan yang Saling Mencintai, dalam Pandangan Sang Pencipta

by admin
18 September 2025
in Tak Berkategori
0
0
SHARES
6
VIEWS
WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Penulis: Penggemar Filsafat Cinta

Absolute.co.id, (Tajuk) – Ribuan pertanyaan menari-nari dalam kepalaku, menggoda akal sehat, dan menampar segala dogma yang selama ini kutelan mentah. Aku bertemu dengannya—ya, dia—di tempat yang oleh sebagian manusia dianggap sebagai titik paling rendah dari martabat kemanusiaan. Tempat yang sering kali hanya disebut dengan bisik, atau malah dikutuk dalam khutbah-khutbah yang berkobar.

Namun anehnya, justru di tempat yang dicaci itu, aku menemukan sesuatu yang paling suci.

Bukan, bukan tubuh yang menjerat. Tapi tatapan yang jujur. Rasa yang murni. Dan keheningan yang menyelusup ke dalam dada, membangkitkan tanya yang selama ini terkubur dalam diam:
Siapa sebenarnya yang salah?
Aku? Dia? Ataukah Sang Pencipta yang menciptakan rasa ini?

Aku hanyalah satu dari sekian miliar ciptaan-Nya yang rapuh, yang mencoba memahami makna cinta dalam semesta yang penuh aturan. Dia pun demikian—makhluk lemah yang dilabeli oleh dunia, namun hatinya justru lebih hidup dari banyak orang yang mengaku suci.

Kami tak pernah berniat jatuh cinta. Tapi apakah cinta pernah meminta izin untuk hadir? Bukankah ia datang tiba-tiba, seperti angin yang meniupkan dedaunan, tanpa perlu permisi?

Dan jika cinta ini dianggap salah, kepada siapa kesalahan itu ditimpakan?
Kepada kami, para ciptaan yang hanya bisa merasakan dan mencintai?
Ataukah kepada Dia, Sang Maha Pencipta yang meniupkan ruh dan rasa ke dalam dada kami?

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri, dan pada-Nya:
Apakah cinta bisa menjadi dosa, hanya karena ia tumbuh di tanah yang disebut najis oleh manusia?
Apakah tempat benar-benar bisa menodai keikhlasan dua jiwa yang saling mencintai tanpa syarat?

Cinta ini mengajarkanku filsafat yang tak tertulis dalam buku. Ia menjadi semesta pertanyaan:

ADVERTISEMENT

Apakah suci itu berarti selalu sesuai dengan aturan sosial dan keagamaan?
Ataukah suci itu adalah kejujuran hati, keberanian mencinta, meski seluruh dunia menolak?

Kami bukan Romeo dan Juliet. Kami bahkan bukan siapa-siapa.
Tapi malam itu, di sepertiga malam yang sunyi, kami berbicara kepada Tuhan, bukan kepada manusia.
Dia berkata, dengan suara yang lebih lembut dari angin:


“Jika cinta ini salah, kenapa Tuhan memberikannya dengan begitu lembut dan tulus?”
Dan aku tak tahu harus menjawab apa. Karena memang, manusia bukan hakim atas rasa.
Kami hanya bisa merasa, dan menyerahkan seluruh pertanyaan itu kepada Pemilik Jawaban.
Cinta kami bukan tentang kepemilikan, bukan tentang tubuh, bukan tentang keinginan sesaat.
Cinta kami adalah pertemuan dua jiwa yang tersesat tapi saling menemukan cahaya dalam gelap.
Apakah itu salah?


Sebagian orang mungkin akan menjawab: ya.
Sebagian lagi mungkin akan berkata: itu ujian.
Tapi bagi kami, itu adalah momen yang paling nyata—karena untuk pertama kalinya, kami merasa hidup.

Dan malam itu aku sadar, bahwa cinta tidak selalu datang dalam bentuk yang bisa diterima semua orang.
Terkadang cinta datang dalam bentuk ujian, dan terkadang… dalam bentuk pengingat, bahwa kita bukan siapa-siapa, kecuali hamba-Nya yang terus mencari makna di balik rahasia-Nya.

Aku menutup malam itu dengan sujud dalam hati.
Bukan meminta agar cinta ini dihalalkan, tapi memohon agar cinta ini dipahami oleh-Nya.
Jika cinta ini benar, maka bimbinglah.
Jika cinta ini salah, maka kuatkan untuk melepasnya.

Karena pada akhirnya…
Allahua’lam bishawab.
Allah-lah yang Maha Tahu mana yang benar dan mana yang sesat.
Kita hanya hamba—yang berjalan tertatih dalam cinta yang tak kita mengerti sepenuhnya.

Terkait

Tags: Cinta Terlarang di Tempat Terlarang : Dua Ciptaan yang Saling Mencintaidalam Pandangan Sang Pencipta
admin

admin

Next Post
Ketua Baru KPU Pohuwato: Iskandar Ibrahim Siap Lanjutkan Kepemimpinan

Ketua Baru KPU Pohuwato: Iskandar Ibrahim Siap Lanjutkan Kepemimpinan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

KPU Pohuwato Dorong Partisipasi Warganet Dalam Pilkada 2024

12 bulan ago

Wabup Suharsi Dampingi Kapolda Gorontalo, Kunjungi Gudang Logistik KPU Pastikan Kesiapan Pemilu 2024

2 tahun ago

Popular News

    Connect with us

    Absolute

    © 2023 Absolute.co.id - PT Media Jurnal dan Pendidikan

    Navigate Site

    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Kebijakan Privasi
    • Pedoman Media Siber

    Ikuti Kami

    No Result
    View All Result
    • Home
    • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Pendidikan
    • Hukum
    • Politik
    • Ekonomi
    • Kriminal
    • Bisnis

    © 2023 Absolute.co.id - PT Media Jurnal dan Pendidikan

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In